Jumat, 06 Desember 2013

Akupuntur; Begini Cara kerjanya

Akupuntur, Begini Cara Kerjanya

 Akupuntur
REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Menempelkan sekelompok jarum dalam tubuh anda mungkin terdengar seperti satu bentuk penyiksaan. Namun, ini benar-benar membantu seseorang terhindar dari penyakit dan kondisi buruk lainnya.

Praktik ini dikenal dengan sebutan akupuntur. Metode ini dikembangkan Cina dan telah digunakan selama berabad-abad untuk mengobati banyak penyakit dan cacat fisik.

Akupuntur adalah terapi alternatif karena banyak manfaatnya, sedangkan risikonya sedikit. Bagaimana cara kerja akupuntur? Berikut informasinya, dilansir dari SymptomFind, Jumat (25/1).

Praktik akupuntur dimulai ribuan tahun lalu di Cina dan didasarkan pada teori bahwa penyakit atau rasa sakit disebabkan oleh energi yang terblokir atau chi dalam tubuh tak mengalir. Untuk mengalirkan chi dengan baik, maka jarum dimasukkan ke dalam titik tertentu dalam tubuh.

Jarum bisa dimasukkan dengan cara diputar atau dipanaskan sebelumnya. Jarum juga bisa dialiri listrik terlebih dahulu. Jarum yang digunakan sangat tipis sehingga akan ada sedikit atau nyaris tak ada rasa sakit pada saat penyisipan jarum ke dalam tubuh.

Anda mungkin merasa sedikit sakit ketika jarum menyentuh titik yang tepat. Namun,dalam ilmu akupuntur, rasa sakit berarti chi mulai mengalir kembali.

Ada beberapa jenis akupuntur yang masing-masingnya fokus pada bagian tubuh yang berbeda-beda. Pertama, Akupuntur gaya Cina, merupakan bentuk paling umum dari akupuntur yang dipraktikkan di Amerika Serikat. Gayanya berfokus pada prinsip berlawanan dan saling melengkapi, seperti Yin dan Yang, panas dan dingin.

Kedua, akupuntur gaya Jepang. Gaya ini berfokus menemukan garis meridian tertentu, atau jalur energi pada tubuh dengan menggunakan jarum tipis.

Ketiga, akupuntur gaya Korea. Korea percaya bahwa chi tubuh terkonsentrasi di tangan dan kaki. Sehingga, jarum disisipkan ke dua bagian tubuh tersebut.

Keempat, gaya enerjik Prancis. Gaya ini berfokus pada Yin dan meridian Yang pada pola tubuh.

Kelima, gaya Auricularis. Gaya ini berfokus pada telinga dan digunakan untuk mengobati berbagai jenis kecanduan. Terori di balik ini adalah titik-titik tertentu dari telinga berpengaruh pada organ tubuh yang berbeda. Dengan menempatkan jarum pada titik-titik tertentu pada telinga. maka organ-organ tertentu bisa terpengaruh.
Terapi akupuntur
Terapi akupuntur

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Orang-orang yang menggunakan akupuntur telah menguji manfaatnya. Sebab, manfaat akupuntur lebih besar dibandingkan risikonya.

Berikut adalah beberapa manfaat dari akupuntur, dikutip dari SymptomFind, Jumat (25/1). Di antaranya untuk relaksasi, mengurangi stres, meningkatkan sirkulasi darah, mempercepat pemulihan cedera, memperkuat kekebalan tubuh, dan menghilangkan ketergantungan seseorang terhadap obat-obatan tertentu.

Setelah menemukan dirinya sudah bekerja begitu banyak, seseorang akan terus secara teratur menggunakan akupuntur. Ini sebagai pengobatan pencegahan dan untuk menjaga energi mereka tetap mengalir.

Akupuntur juga telah digunakan untuk mengobati banyak penyakit. Di antaranya asma, arthritis, kondisi psikologis, carpal tunnel dan tennis elbow, fibromyalgia, sakit gigi, dan nyeri myofascial. Akupuntur juga bisa membantu rehabilitasi stroke, mengobati kecanduan rokok, sakit kepala, kram menstruasi, nyeri sehabis kerja, mual, dan muntah yang berhubungan dengan kehamilan.

Meski demikian, tetap ada risiko yang berkaitan dengan penggunaan akupuntur. Bagaimanapun, anda harus memastikan anda mengambil akupuntur dari tempat berlisensi dan bersertifikat. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin timbul saat menggunakan akupuntur.

Pertama, risiko infeksi. Jika menggunakan jarum baru untuk pengobatan, maka risiko seseorang tertular HIV atau Hepatitis C tak akan terjadi.

Kedua, kerusakan tubuh atau organ internal. Jika jarum ditempatkan di titik yang tak tepat, atau jika jarum ditusukkan terlalu dalam, maka bisa menyebabkan pendarahan internal, atau kerusakan pada organ-organ internal.

Sumber: www.Republika.co.id
Reporter : Mutia Ramadhani
Redaktur : Heri Ruslan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar